Kisah Ta'aruf (part 1)
saya menikah dengan suami saya tepat d tanggal 12 feb 2011.
berarti sudah setahun usia pernikahan kami. alhamdulillah
saya dan suami mengenal lewat proses bernama ta'aruf. saya
dan suami dpertemukan oleh Allah lewat perantara seorang psikolog bernama bu
diana. waktu itu tahun 2010 di bulan maret saya di panggil ke ruang psikolog.
waktu itu saya gak pikir macam2 karena guru d sekolahku kadang emang suka
dpanggil oleh psikolog buat ngobrol2 tentang perkembangan anak murid (saya
mengejar di satu preschool di daerah cipinang muara). saya kira, saya mau
ditanya tentang anak murid si a dan si B.
ternyata.... di luar dugaan bu diana mengajukan tanya:
"bu tanty, serius udh pengen dan siap menikah?" (pernah di suatu
forum sambil becanda saya bilang udh pengen nikah nih. hehehe.. saya dan teman2
emang suka becanda. asyik sekali formasi guru2 di preschool tempat saya
mengajar. kami dekat sudah layaknya saudara apalagi saya anak rantau senang
sekali bisa nyasar di tempat ini. rekan kerja yg baik, kepsek yg perhatian,
psikolog yang no profile, penjaga sekolah yang seru, dll)
kaget dan senang mendengar pertanyaan ini (saya udh bs nebak
arahnya nih. hihihi..)
saya jawab pendek: "udah," dengan intonasi tidak
menyakinkan.
bu diana: "orang tua gimana?"
saya: orang tua insya allah mengijinkan walapun sebenarnya
mereka mengharapkan saya selesai kuliah dulu"
bu diana: begini bu tanty, ada ikhwan nih yang siap dan
sedang mencari juga. kira2 bu tanty siap tidak?"
saya: (diam)
bu diana: ikhwannya masih kuliah juga, tp memang sedang
bermasalah nih kuliahnya dan dia butuh seorang motivator yang bs memotivasinya.
saya: (waduh)
bu diana: ayahnya sudah tidak ada, tinggal bersama ibunya dan
kakaknya yg belum menikah. bagaimana?
saya: yaa....
bu diana: gini aja deh, saya kasih bu tanty waktu untuk
berfikir sampai hari jumat. kalau bu tanty memang siap, saya tunggu plus
biodatanya ya.
saya: (diam)
bu diana: jodoh itu kan rahasia allah bu tanty. saya cuma
berusaha membantu. hasil akhirnya Allah yang menentukan.
kira2 begitulah percakapan saya dan psikolog sekolahku itu.
singkat cerita jumat pun datang. dan saya tidak siap dengan
biodata saya.
apa saya tidak siap??? tidak!! SAYA SIAP! tapi saya belum
menyiapkan biodata. hehehe.. blm dketik euy.. maklum dulu blm ada notbuk inih.
masa mu ngetik dan print biadata ta'aruf d rental, malu dong sama abnag
rentalnya. hehehehe...
lalu, hari selanjutnya saya ikut ngetik di laptop temen
(namanya Sari, temen satu jurusan. tks sari...)
hari berikutnya lagi saya serahkan biodata itu sama ibu
psikolog (waktu itu bln april)
bu diana menerima biodata saya sambil berpesan.
bu diana: "sambil menunggu biodata ikhwannya, bu tanty
banyak2in berdoa aja dl sama Allah memohon yang terbaik."
saya: "mmmmm" (dengan anggukan kepala, sambil
harap2 cemas :)
waktu berlalu, bulan april sudah lewat..
tapi blm ada biodata ikhwan yg datang
hehehe
biasa aja sih nyantai, tp kok blm ada yah, keenankan
ikhwannya dong. terlalu lama pegang biodata aku, di situ kan ada foto aku. huhh
jadi takut di apa2in tuh foto :) bukan apa2, klw dipajang di tembok sih gpp, tp
klw di taro di kolong dapur buat nakut2in tikus. apa jadinya?? (padahal foto
itu foto tercantik yg aku punya, hihihi..)
bulan mei datang.. aku sambut dengan senang
gak rugi juga menyambut bulan ini dengan ceria... karena aku
mendapatkan kado istimewa ;)
jrengg.. jrenggg.. jrengg... dua lembar biodata dalam amplop
coklat ukuran kuarto!
wuihhh.. ada fotonya juga. bu diana yg mengeluarkan foto itu,
ini foto keluarganya (saya disuruh nebak sendiri kira2 orangnya yg mana)
saya: "ini ya bu," (ihhh kok gak cakep ya:(
bu diana: (angguk kepala)
saya: (kecewa) hhihiii..
gak susah nebak, ikhwan itu di antara keluarganya, soalnya cm
ada 3 laki2 disana. satu udh tua (yaa pasti alm. bapaknya) yg satu lg deket
anak kecil dan posisinya berdiri, yg satunya lagi posisinya jongkok (ahhh, yg
jadi adik biasanya suruh ngalah nih. si kakak pasti yg "lebih tinggi"
(posisi berdiri) dan sang adik "yg lebih rendah" (posisi jongkok).
jadi aku nebak dia mungkin yg posisi jongkok. ehh, ternyta tebakanku bener :)
ahh, tapi gak ganteng :(
bu diana: "bu tanty, boleh bawa dulu fotonya sambil
dpelajari biodatanya. nanti klw sdh ada jawaban dari bu tanty kabari saya
ya."
saya: "iya, makasih bu.." (tp gak ganteng.
heheheh..)
cerita selanjutnya saya lupa bagaimana saya dan dia akhirnya
sampai juga dipertemuan (dpertemukan antara saya dan dia untuk pertama kalinya
di rumah murrobi saya/ guru)
di sepanjang perjalanan ini, saya trs berusaha mencari
"siapa dia sebenarnya"
saya tanya2 bu diana (bagaimana orangnya/ karakternya). saya
tanya pendapat murrobi saya, saya curhat sm temen saya. dan alhamdulillah saya
tidak salah memilih teman curhat karena ternyata teman curhat saya ini mengenal
si ikhwan :) bagus!! ini kesempatan untuk tanya2 ttg dia. hahaha...
banyak info, jadi simpang siur...
apalagi ketika saya mencoba mencari tau siapa dia lewat dunia
maya. hikksss.. hikkssss..
jadi semakin bimbang karena jujur info2 dari dunia maya itu
mengecewakan saya ( dia tdk seperti yg saya harapkan)
kembali ke ibu psikolog, yang menanyakan bagaimana
kelanjutannya..
saya jadi curhat deh, setelah memberi masukan dan pandanngan
ibu psikolog menyerahkan keputusannya pada saya. solat istikhoroh, itu saran
ibu psikolog pada saya.
solat istikhoroh dilaksanakan, tapi kemantapan blm juga
datang
tapi keputusan hrs cepat diberikan. proses ini tidak bs trs
menggantung...
ahh, dgn mengucap bismillah saya jawab lanjut untuk proses
lbh jauh lagi (datang ke orang tua) meskipun info dari dunia maya mengecewakan
saya. ahh, tapi berbekal, si ikhwan adalah kenalan bu psikolog yg baik, saya
berusaha untuk menyakini bahwa dia juga orang yg baik. bukankah ada hadits yang
mengatakan, klw mau tau dia siapa dan bagaimana lihat saja temannya, begitulah
kira2 maksud pesan hadits yg saya tau.
to be continue..
Kisah Ta'aruf (part 2)
Singkat cerita, datanglah ia ke rumah orang tua saya ditemani
seorang temannya. ketika kedatangan pertama dia ke rumah, saya sama sekali
tidak keluar untuk menemui ataupun sekedar menyambut kedatangannya. itu memang
keputusan saya sendiri, sebelum ia datang saya sudah bilang pada orangtua saya,
"bapak aja yang ngajakin ngobrol, ade gak mau keluar." gitu deh..
pertemuan pertama pun selesai, ia kembali pulang. selepas ia
pulang, bapak gak ngomong apa2, baru pas malem bapak ngomong tanpa saya tanya.
bapak: kok tadi laki2nya diem aja de? yang mana sih orangnya?
saya: (lha???) (bapak sebenarnya tau orangnya yg mana karena
sdh aku kasih liat fotonya tapi mungkin karena ketika pertemuan dia lebih
banyak diam dan temannya yg lebih vokal, bapak jadi mengira ikhwannya itu yg
temennya itu (yg belakangan saya tau namanya "nitttt"(sensor). hehehe
bapak: kok kenapa dianya diem aja, bapak malah ngobrol sama
temennya. (bapak malah simpati sama temennya.. walah2, gimana ini??)
bapak lagi: padahal kan dia yang punya tujuan
saya: ya mungkin karena dia yg punya tujuan pak, jadinya dia
grogi, malu, takut salah ngomong. lha temennya mah kan gak punya tujuan jadi
cuek aja. (saya berusaha belain dia. haha.. padahal sih, ngapain juga saya
belain ya?? hehe)
bapak: "dianya emang serius?"
saya: "lha serius pak, lha udah dateng ke sini mau
ngapain?" (saya jadi aneh sama pertanyaan bapak................... dan
saya mencium bau keraguan dari pertanyaan bapak.
saya: jadi.............
(terjadilah obrol2 panjang tentang dia, antara saya, bapak,
dan mamah)
Alot... sangat alot... mengingat saya dan dia sama2 masih
kuliah (tapi sama2 udah kerja juga). apalagi saya sendiri juga belum yakin.
ya Allah.. tapi prosesnya udah sejauh ini. tidak mungkin saya
akhiri begitu saja, kalaupun mau saya akhiri harus dengan cara yang baik.
jujur walaupun saya kecewa dengan "kepasifannya"
waktu bertemu dengan bapak, tapi saya harus tetap menghargai keberaniannya
datang ke rumah. (bagi saya itu sudah nilai lebih yg harus di hargai)
bagaimana cerita selanjutnya..
to be continue
Kisah Ta'aruf (The Last)
bagaimana detail ceritanya saya lupa yang pasti proses ini
trs berjalan walaupun sangat lambat. mengingat ada hambatan dari keluarganya
dan keluargaku (privasi.. )
saya lupa.. saya lupa.. saya lupa
yang pasti AKHIRNYA..
ia datang melamar saya bersama keluarganya
huuuufffh... alhamdulillah
(hari bersejarah ia melamar saya, saya tidak ingat
tanggalnya)
karena lupa detail2 ceritanya dsingkat aja yah.
kemudian, selang 3 bulan berlangsunglah akad nikah itu..
ciee.. cie....
(mengucap syukur pada Allah)
Refleksi: jodoh memang benar2 Allah yang menentukan. siapa
jodoh kita, itu sudah tertulis di lauh mahfuzh. sedangkan kapan waktunya kita
bertemu dengannya itu bergantung pada langkah2 kita dalam menapaki jalan jodoh
kita. Subhanallah.